Sistem Demokrasi yang Masih Terhitung Muda

  • Whatsapp

SimpulRakyat.co.id, OPINI – Indonesia adalah negara besar yang menerapkan sistem demokrasi yang masih terhitung muda. Refleksi Pilcaleg 2009 saat itu memaksa saya menulis dikolom opini salah satu media online, tepat sehari setelah pelantikan anggota DPRD 2014, dan saat ini saya kembali mangangkat satu scrath tentang tatanan demokrasi dalam sudut pandang “Political Mission” Coretan itu berisi refleksi akan:

“Tugas, tanggungjawab, fungsi serta kemampuan personal dari anggota DPRD yang yang mewakili rakyatnya diparlemen”

Baca Juga

“Selayang pandang”

Indonesia adalah negara yang menganut separuh sistem presidensial dan separuhnya lagi parlementery, mungkin ini yang menyebabkan adanya kegaduhan kekuasaan yang berimbas dari besarnya tarik ulur kepentingan dilingkup pemerintahan.

Yang sering terjadi saat ini adalah disconektifitas karena konsep political right untuk merepresentasikan adanya linearitas dari dualisme kekuasaan political mission.

Memang jelas kegaduhan ini memang yang contrans dipermukaan, visi misi presiden, gubernur, bupati/walikota yang harusnya linear dengan misi yang diemban oleh wakil rakyat, namun kerena perbedaan kepentingan golongan sehingga produk kebijakan yang dilahirkan tidak maksimal.

Point kedua adalah soal sumber daya personal dari para kontestan, lebih implisit ke untuk legislator, idealnya rakyat telah menegasikan dirinya kepada wakil rakyat di parlemen, untuk menyalurkan aspirasi rakyat dalam bentuk direktif, ekspresif, komisif, maupun deklaratif.

Sebagai wakil rakyat, parlemen (Parle/berbicara) mengisyaratkan kekuasaan penuh kepada para legeslator untuk menjalankan kekuasaannya dalam bentuk kekuasaan/kepentingan (coecive power), kekuasaan absah (legitimate power), kekuasaan hadiah (reward power), dan kekuasaan keahlian (expert power).

Selain itu, ada beberpa fungsi kekuasan yang mereka sandang yaitu fungsi struktural-fungsional, fungsi suportif, fungsi prefentif, dan fungsi korektif, kesemua itu dalam rangka membantu pemerintah eksekutif dalam proses pembangunan daerah dan Nasional.

Pertanyaannya masih sama, mampukah anggota DPRD yang lolos pada Pileg 2019 ini menjalankan tupoksi di atas menuju Jeneponto “smart”? (Visi-Misi Pemerintah Jeneponto)

Jika ada yang bertanya soal bagaimana tentang bagaimana kemampuan personal mereka?

Sederhana saja, sebelum berbicara tentang kemampuan personal, kita akan tergiring pada kata “Basic Mind“.

Tentang tugas dan fungsi anggota DPRD selain yang diuraikan dalam regulasi dan tatib DPRD (PP No 12 Tahun 2018), urain di atas perlu menjadi dasar utama dalam melakoni aktivitas parlementery.

Semacam anekdot, apa memang wakil rakyat kita hari ini sudah paham betul soal tugas, fungsi dan haknya di parlemen, atau memang kemampuan personal mereka tidak mapan pada sektor itu.

Pasti jawabannya adalah, kembali lagi pada sisi demokrasi kontestasi kita hari ini.

Sekadar refleksi, dari beberapa survey dan penelitian yang dilakukan oleh SMRC Inttitute dan LIPI tentang kualitas demokrasi di Indonesia, 60% tingkat pasrtisipasi masyrakat dalam kontestasi pemilihan Umun, diisi oleh indeks pragmatisme dan 36% diisi oleh indeks emosional dan indeks ketakutan (interfension clausa), dan sisanya 4% diisi oleh indeks figure/personal.

Jika wajah dan pranata demokrasi kita memprihatinkan seperti itu, apakah produk dari kontestasi demokrasi kita akan betul-betul berkualitas?.

Seperti remach, hal ini telah berulang-ulang terjadi dari tahun ke tahun, demokrasi yang esensinya kekuasan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, telah ditransaksikan diawal oleh pranata demokrasi yang buruk.

Mungkin inilah jawaban mengapa Political Mission tidak sampai pada titik Political Rights yg sebenarnya.

Kepentingan rakyat telah ditransaksikan di awal, sehingga secara umum dibenak mereka hari ini adalah bagaimana transaksi ini menghasilkan sesuatu untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja.

Penulis: Muh Ridwan Budiman (Direktur Eks Human Develompment and Result Institute)

SimpulRakyat.co.id adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Jangan Lewatkan