Sambangi ‘Penjara Suci’, Relawan ACT MRI Sulsel Distribusi Bantuan Beras

  • Whatsapp

SimpulRakyat.co.id, Luwu Timur – Para santri di Pesantren Darul Istiqamah Towuti adalah anak-anak pejuang. Mereka tetap semangat belajar dan menghafal alquran meski dengan segala keterbatasan fasilitas hingga pangan (makanan).

Inilah kesan pertama para relawan saksikan ketika kembali menyapa pesantren perjuangan yang berada di kabupaten paling ujung timur, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Baca Juga

Lokasi pesantren yang terpencil, berada di Desa Loeha, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi selatan. Pesantren yang berdiri di pesisir danau Towuti ini telah aktif membina santri sejak tahun 90-an silam.

Pada Minggu, 19 Januari 2020, tim relawan ACT MRI Sulsel melakukan distribusi bantuan beras terbaik kepada setidaknya 96 jiwa santri dan juga pengelolah pesantren. Sambutan hangat khas pondok dan juga rekahan senyum segenap santri mengobati lelah setelah melakukan perjalanan ratusan kilometer dari pusat kota Makassar.

“Butuh waktu setidaknya 14 jam untuk tiba disini, tapi Alhamdulillah itu membuat kami bersyukur, sebab amanah dari para dermawan betul-betul tepat sasaran dan peruntukannya,” jelas Hasan, salah satu tim relawan yang terlibat.

Tak hanya lewat darat, tim juga mesti menyeberangi danau Towuti untuk bisa sampai di titik lokasi pesantren.

Anak-anak sering menyebutnya “penjara suci” mirip Nusakambangan tapi bukan penjara melainkan tempat membina dan mengarahkan para santri dan generasi Islam menjadi pribadi yang saleh-saleha.

Dalam testimoninya, Ust Anwar Muslim Lc menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada segenap tim ACT dan Dermawan atas perhatiannya yang tidak tanggung-tanggung, jauh-jauh menempuh perjalanan untuk bisa tiba di pondok kami.

“Semoga Allah merahmati dan memudahkan seluruh urusan saudara-saudara di ACT, para muhsinin dan muhsinat, segenap Dermawan dan siapapun yang terlibat dalam amal jariyah raksasa ini,” imbuhnya.

Tim ini menyempatkan menginap semalam di pondok menyaksikan dan berbaur dengan suasana pesantren. Sebab kapal angkut penyeberangan hanya beroperasi sekali dalam sehari.

Tak hanya kondisi santri pesantren yang butuh perhatian, fasilitas dan sarana prasarana pondok pun sudah cukup butuh untuk dibantu. Masjid, ruang belajar, dapur umum hingga asrama santri, semuanya kelihatan “kumuh” dan butuh sentuhan agar pembinaan di pondok yang telah banyak mencetak alumni hingga ke timur tengah ini bisa maksimal. (*)

Jangan Lewatkan